Lombok Timur-Suasana panen timun di lahan pertanian warga tampak ramai dan penuh semangat. Beberapa petani terlihat sibuk memetik dan menyortir hasil panen mereka, sementara di sisi lain, pengepul sudah siap menimbang dan membeli timun langsung di lokasi panen. Sistem ini ternyata sangat membantu petani, karena mereka tidak perlu repot membawa hasil panennya ke pasar.
Panen timun kali ini menunjukkan hasil yang cukup melimpah. Dengan cuaca yang mendukung dan perawatan tanaman yang optimal, para petani dapat memanen timun dengan kualitas baik. Salah satu petani, Ibu sapiah (58), mengungkapkan rasa syukurnya karena hasil panennya langsung dibeli pengepul tanpa harus ia jual sendiri ke pasar.
“Alhamdulillah, panennya bagus. Sekarang pengepul datang langsung ke sini. Kita tidak perlu capek-capek angkut ke pasar. Hasilnya langsung dibeli, uang juga langsung dapat,” ujarnya sambil memilah timun.
Pengepul yang datang menggunakan kendaraan bak terbuka mulai melakukan transaksi di lokasi. Beberapa karung besar berisi timun segar siap diangkut ke pasar induk atau tempat distribusi lainnya. Proses jual beli berlangsung sederhana namun efektif. Para petani membawa timun hasil panen, ditimbang di tempat, dan langsung dibayar secara tunai oleh pengepul.
Menurut Bapak Hasan, salah satu pengepul yang rutin membeli hasil panen dari petani lokal, sistem ini menguntungkan kedua belah pihak. Ia mengatakan, “Kami lebih suka langsung beli di tempat seperti ini. Hemat waktu, hemat biaya, dan petani pun senang karena tidak perlu pikir transportasi dan tempat jual.”
Selain efisiensi, model ini juga mendukung keberlanjutan hasil pertanian lokal. Dengan rantai distribusi yang lebih pendek, harga bisa lebih stabil dan petani mendapatkan keuntungan yang lebih layak.
Petani lain, Lalu sukardi , menambahkan bahwa sistem ini membuat mereka bisa fokus pada produksi. “Kami bisa lebih fokus ke tanam dan rawat tanaman. Soal jualan, sudah ada yang urus. Tinggal petik, timbang, dan jual di tempat,” katanya.
Program pembelian langsung di lokasi panen seperti ini diharapkan bisa menjadi model yang terus dikembangkan di berbagai daerah. Dengan melibatkan lebih banyak pengepul, koperasi, atau pihak ketiga yang terpercaya, hasil pertanian lokal bisa lebih cepat terserap pasar, dan petani tidak terbebani dengan proses distribusi yang panjang.
Kesimpulan: Panen timun yang berlangsung hari ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara petani dan pengepul lokal dapat meningkatkan efisiensi distribusi hasil pertanian. Sistem pembelian langsung di lokasi panen tidak hanya meringankan beban petani, tetapi juga menciptakan ekosistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan. Semoga model seperti ini terus berkembang dan diterapkan untuk komoditas pertanian lainnya di berbagai wilayah Indonesia.