Desa Rarang, 13 Juli 2025 – Setahun telah berlalu sejak dimulainya kegiatan Car Free Day (CFD) di Desa Rarang, yang kini menjadi ajang rutin setiap Minggu bagi warga desa maupun pengunjung dari luar daerah. Acara yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat ini telah membawa nama Desa Rarang ke luar batas wilayahnya. Namun di balik kesuksesan tersebut, ada perjuangan berat yang harus dihadapi oleh para ibu penggerak CFD yang merasa dikesampingkan oleh pemerintah desa terkait fasilitas yang ada.
Sejak awal berdirinya CFD, ibu-ibu penggerak acara ini telah berusaha semaksimal mungkin meskipun dengan keterbatasan sumber daya. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi adalah kondisi tempat duduk yang rusak dan tidak layak pakai. Beberapa kali, para ibu terpaksa mengalihkan dan memperbaiki sendiri tempat duduk pengunjung menggunakan dana swadaya demi kenyamanan bersama. Hal ini menjadi simbol kegigihan mereka, namun juga menggambarkan ketidakpedulian yang terus berlanjut dari pihak pemerintah desa.
“Tempat duduk yang ada sering kali rusak dan tidak layak. Kami sudah beberapa kali memperbaiki dengan dana kami sendiri. Kami merasa sudah berusaha maksimal, tetapi tidak ada perhatian yang berarti dari pemerintah desa,” ujar salah seorang ibu penggerak CFD yang meminta agar namanya tidak disebutkan.
Kegiatan CFD yang digelar setiap Minggu tidak hanya dihadiri oleh warga Desa Rarang, tetapi juga menarik minat pengunjung dari luar desa. Hal ini menunjukkan bahwa CFD telah memberikan dampak positif terhadap kunjungan wisatawan, meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, dan memperkenalkan Desa Rarang ke khalayak luas. Namun, meskipun CFD memiliki potensi besar, fasilitas yang ada masih jauh dari kata layak.
Para ibu yang terlibat dalam CFD sudah berulang kali mengajukan permintaan untuk perbaikan fasilitas dan dukungan yang lebih konkret dari pemerintah desa. Namun, selama ini tidak ada respons yang memadai. Kegiatan yang membawa dampak positif bagi desa ini seolah tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya.
“Pemerintah desa harusnya lebih peduli. CFD ini bukan hanya untuk warga Desa Rarang, tetapi juga untuk masyarakat luar desa yang datang setiap minggu. Kami ingin fasilitas yang layak agar pengunjung merasa nyaman dan bisa menikmati acara ini lebih lama,” ujar ibu lainnya.
Apa yang terjadi di CFD Desa Rarang mencerminkan kesenjangan antara semangat masyarakat dan ketidakpedulian pemerintah desa. Semangat ibu-ibu yang terus bergerak tanpa pamrih untuk menyukseskan acara ini patut dihargai. Namun, tanpa dukungan pemerintah desa, perjuangan ini terasa berat dan tidak maksimal. Mereka berharap pemerintah desa bisa melihat potensi besar yang dimiliki CFD dan memberikan perhatian serius terhadap fasilitas yang ada.
“Jika pemerintah desa benar-benar peduli, mereka seharusnya mendukung penuh kegiatan ini dengan fasilitas yang layak, bukan hanya membiarkan kami bertahan dengan kondisi seadanya,” kata salah satu ibu penggerak CFD dengan nada kecewa.
Keberhasilan CFD di Desa Rarang adalah bukti nyata dari kekuatan inisiatif warga dalam membangun kebersamaan dan semangat hidup sehat. Namun, untuk mencapai potensi maksimal dan memberikan manfaat yang lebih besar, diperlukan kolaborasi yang lebih serius dari pemerintah desa. Semangat yang telah ditunjukkan oleh ibu-ibu penggerak CFD harusnya dihargai dan didukung, bukan dibiarkan terabaikan.
Sudah saatnya bagi pemerintah desa untuk memberikan perhatian serius terhadap kegiatan CFD dan memperbaiki fasilitas yang ada. Tanpa dukungan yang memadai, CFD yang luar biasa ini berpotensi kehilangan momentum, dan nama Desa Rarang yang telah dikenal luas akan terhenti di tengah jalan.
Jika desa ini benar-benar ingin maju, perhatian terhadap kegiatan sosial yang membawa dampak positif harus menjadi prioritas utama. Ibu-ibu penggerak CFD Desa Rarang hanya menginginkan satu hal: dukungan nyata dari pemerintah desa agar acara ini terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.