Bali, 17 September 2025 —
Influencer asal Malaysia, Aisar Khaledd, mengalami insiden tak terduga saat mencoba menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Bali. Berniat menebar kebaikan, Aisar justru diminta pergi oleh sejumlah warga setempat yang merasa aktivitasnya mengganggu situasi di lapangan.
Dalam video yang kini viral di media sosial, Aisar tampak datang bersama timnya ke salah satu lokasi terdampak banjir, membawa logistik dan bantuan kemanusiaan. Namun belum lama kegiatan berlangsung, ia dihadang oleh sekelompok warga dan diminta menghentikan aktivitas distribusi.
“Kami datang dengan niat membantu, bukan untuk cari sensasi,” ujar Aisar dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, memperlihatkan kekecewaan atas kejadian tersebut.
Antara Aksi Sosial dan Sensitivitas Sosial
Kejadian ini memicu perdebatan publik:
Apakah setiap aksi sosial harus disambut baik, atau justru perlu koordinasi dan etika yang lebih sensitif terhadap kondisi lokal?
Sebagian netizen dan pengamat menyayangkan penolakan yang dialami Aisar. Mereka menilai, di tengah darurat bencana, bantuan dalam bentuk apapun seharusnya tidak dipersulit.
Namun di sisi lain, muncul suara yang menekankan pentingnya koordinasi dengan aparat dan komunitas lokal agar kegiatan bantuan tidak memicu salah paham atau mengganggu ketertiban.
Pelajaran dari Lapangan: Koordinasi Adalah Kunci
Pakar kebencanaan dan aktivis sosial menyatakan bahwa kejadian seperti ini seharusnya menjadi refleksi bersama. Dalam situasi darurat, bantuan kemanusiaan tidak hanya soal niat baik, tapi juga soal pendekatan yang tepat dan terstruktur.
“Niat baik bisa disalahpahami jika tidak dikelola dengan baik,” komentar seorang pengguna X (Twitter), merespons video tersebut.
Pemda dan Relawan Diminta Perkuat Komunikasi
Pemerintah daerah dan para relawan kemanusiaan diminta untuk memperkuat sistem koordinasi dan komunikasi dengan semua pihak, termasuk donatur dan tokoh publik dari luar negeri, agar tidak terjadi kekeliruan di lapangan.
Di sisi lain, influencer atau individu yang hendak terlibat langsung dalam penyaluran bantuan juga diimbau menghormati prosedur lokal demi menjaga kenyamanan bersama.
Kesimpulan:
Peristiwa yang dialami Aisar Khaledd menjadi pengingat bahwa dalam kerja-kerja sosial, niat baik saja tidak cukup. Diperlukan juga kerendahan hati untuk memahami konteks, serta kesiapan untuk beradaptasi dengan dinamika lokal. Sebab, dalam bencana, yang paling dibutuhkan bukan hanya bantuan, tapi juga kepekaan.