Lombok Barat, 12 September 2025 — Misteri kematian Brigadir Esco Faska Rely, anggota Intel Polres Lombok Barat, terus menyita perhatian publik. Ditemukan tewas mengenaskan di kawasan hutan Nyiur Lembang, Kecamatan Lembar, pada 24 Agustus lalu, kasus ini kini resmi masuk tahap penyidikan oleh Polda NTB.
Dalam perkembangan terbaru, pihak kepolisian mengonfirmasi telah memeriksa lebih dari 50 saksi, termasuk istri korban yang juga berdinas di institusi yang sama. Fokus penyidikan kini mengarah pada data digital, khususnya isi ponsel milik korban dan istrinya.
“Sudah 50 saksi kami periksa secara maraton,” ungkap Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda NTB, AKBP Catur Erwin Setiawan, Kamis (11/9).
Dari Dugaan Bunuh Diri ke Dugaan Pembunuhan
Awalnya, kematian Brigadir Esco sempat diduga sebagai tindakan bunuh diri. Namun, hasil autopsi dan kondisi jasad yang ditemukan justru memperkuat dugaan bahwa ia menjadi korban kekerasan. Leher korban terjerat tali, sementara wajahnya penuh luka lebam—tanda-tanda yang tidak konsisten dengan tindakan bunuh diri.
Penemuan jasad korban oleh seorang warga yang tengah mencari ayam di sekitar hutan makin memperkuat kecurigaan bahwa lokasi itu bukan tempat kematian alami, melainkan kemungkinan TKP pembuangan atau pembunuhan.
Ponsel Istri Jadi Perhatian Khusus
Dalam proses penyidikan, penyidik menyita dan menganalisis ponsel istri korban, yang disebut-sebut mengandung informasi penting. Namun, hasil digital forensik dari ponsel tersebut belum dipublikasikan ke media.
“Hasilnya sudah ada. Silakan konfirmasi ke Kasat Reskrim Polres Lombok Barat,” ujar AKBP Catur, enggan memberi detail lebih jauh.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Lombok Barat, AKP Lalu Eka Arya, juga menolak memberikan keterangan dengan alasan bahwa seluruh informasi kini terpusat di Polda NTB.
Istri Brigadir Esco diketahui telah diperiksa lebih dari satu kali, namun isi dan arah interogasi masih dirahasiakan oleh penyidik.
Keluarga Desak Keadilan, Publik Menanti Kepastian
Keluarga besar Brigadir Esco mendesak agar kasus ini segera diungkap. Mereka menuntut kebenaran dan keadilan atas kematian anak mereka yang tragis dan penuh tanda tanya.
“Kami hanya ingin kebenaran dan keadilan untuk anak kami,” ungkap ayah korban dalam pernyataannya.
Sementara itu, di media sosial dan forum internal kepolisian, kasus ini menjadi perbincangan hangat. Banyak pihak berharap agar proses penyidikan berjalan transparan dan pelaku, siapapun itu, segera dibawa ke pengadilan.
Hingga kini, publik masih menunggu: apakah data digital di ponsel akan membuka tabir kematian Brigadir Esco?