Lombok Timur, 7 Agustus 2025 – Suasana di perairan Teluk Ekas kembali memanas menyusul dugaan pelanggaran kesepakatan pengelolaan laut oleh para boatman. Ketegangan mencapai puncaknya saat proses mediasi antara pihak TNI AL dan Satpol PP Lombok Timur berlangsung alot, hingga nyaris berujung bentrok antar aparat.
Dalam video yang viral di media sosial, tampak perdebatan sengit antara Danpos AL Teluk Awang dan Kepala Seksi Satpol PP Lombok Timur. Mediasi yang difokuskan pada boatman asal Lombok Tengah yang dituduh melanggar aturan pengelolaan laut hampir berubah menjadi adu fisik, sebelum berhasil diredam oleh pihak lain yang hadir.
Pembina Ekas Surf Club, Jaya Kusuma, menilai ketegangan ini dipicu oleh dugaan keberpihakan aparat terhadap boatman dari Teluk Awang. Ia juga menduga adanya kepentingan ekonomi yang terselubung dalam aktivitas surfing yang menyebabkan ketidakadilan dalam pengelolaan laut.
“Kami tidak menjustifikasi, tapi ada indikasi perputaran uang dalam aktivitas ini,” kata Jaya.
Menurut Jaya, oknum TNI AL diduga kerap mendampingi boatman dari Awang saat patroli, sehingga menimbulkan kecurigaan sikap tidak netral dari aparat yang memicu debat sengit dengan Satpol PP.
Proses mediasi tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Pihak TNI AL menginstruksikan boatman untuk tetap beraktivitas sambil menunggu Standar Operasional Prosedur (SOP) resmi dari Pemerintah Provinsi, tanpa mengacu pada awik-awik (aturan adat) yang diberlakukan oleh Bupati. Di sisi lain, Satpol PP tetap berpegang pada regulasi daerah yang berlaku.
“Ini menjadi polemik. Satpol PP menjalankan regulasi daerah, sementara TNI AL meminta boatman melanjutkan aktivitas tanpa dasar aturan yang jelas,” ujar Jaya.
Para boatman dan pelaku wisata di Teluk Ekas juga meminta agar perahu mereka dikembalikan untuk bisa ikut serta dalam mediasi, menegaskan tidak ada unsur penyanderaan, melainkan upaya mencari solusi bersama.
Sementara itu, Danpos AL Teluk Awang, Endarto, menegaskan keberadaan TNI AL di lapangan merupakan bagian dari patroli rutin.
“Kami membawa perlengkapan lengkap bukan untuk menakut-nakuti, tapi mengikuti prosedur. Kami tidak membela siapapun, kami netral,” tegas Endarto.
Ia membantah tudingan adanya perlindungan khusus (bekingan) terhadap boatman dari Awang maupun Lombok Tengah, menyebut hal tersebut hanya provokasi.
“Kami berada di posisi tengah,” pungkasnya.